Elemen Estetis Pembentukan Logo
Sebagai bagian dari perencanaan corporate identity design, logo ibarat bagian
tubuh yang mampu mengutarakan isi hati produk atau perusahaan.Dari sisi
pemasaran, logo mempunyai fungsi identitas yang membedakan sebuah sebuah produk
dengan produk lainnya. Kesemuanya itu tak lepas dari hakikat logo itu sendiri,
sebagai sebuah karya seni rupa yang biasa berupa dwi matra (dua dimensi) atau
tri matra (tiga dimensi). Sebagai karya seni rupa, sebuah logo tidak bisa lepas
dari elemen-elemen senirupa dasar yang membentuknya seperti garis, bentuk,
warna, ruang, tipografi dll. Seperti yang dikemukakan oleh John Murphy :
The successful designer of
trademarks and logos needs to have basic intellectual and draftsmanship skills
in addition to a sensitivity to the aesthetic elements of design.
Yang berarti, seorang perancang logo
dan cap dagang yang sukses, perlu memiliki kepandaian dasar dan keterampilan dalam
menggambar dalam hubungannya dengan kepekaan terhadap elemen estetika disain.
Pada bagian ini kami menyajikan
secara ringkas elemen-elemen pembentuk logo, antara lain sebagai berikut :
- GARIS
- BENTUK
- WARNA
- TIPOGRAFI
GARIS
Pengertian garis menurut Leksikon
Grafika adalah benda dua dimensi tipis memanjang. Sedangkan Lillian Gareth
mendefinisikan garis sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi
panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis.
Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membekaskan jejaknya
sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa mempergunakan
pensil, pena, kuas dan lain-lain. Bagi senirupa garis memiliki fungsi yang
fundamental, sehingga diibaratkan jantungnya senirupa. Garis sering pula
disebut dengan kontur, sebuah kata yang samar dan jarang dipergunakan.
Pentingnya garis sebagai elemen
senirupa, sudah terlihat sejak dahulu kala. Nenek moyang manusia jaman dulu,
menggunakan garis ini sebagai media ekspresi senirupa di gua-gua. Mereka
menggunakan garis ini untuk membentuk obyek-obyek ritual mereka. Sebagai contoh
adalah lukisan di dinding gua Lascaux di Prancis, Leang-leang di Sulawesi,
Altamira di Spanyol dan masih banyak lainnya. Selain berupa lukisan, nenek
moyang manusia juga menggunakan garis sebagai media komunikasi, seperti huruf
paku peninggalan bangsa Phoenicia (abad 12 – 10 SM) yang berupa
goresan-goresan.Disamping potensi garis sebagai pembentuk kontur, garis
merupakan elemen untuk mengungkapkan gerak dan bentuk. Baik bentuk dua dimensi
maupun tiga dimensi.
SUASANA DALAM GARIS
Dalam hubungannya sebagai elemen senirupa, garis memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi karena
proses stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat di sekitar
kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Sebagai contoh adalah bila
kita melihat garis berbentuk ‘S’, atau yang sering disebut ‘line of beauty’
maka kita akan merasakan sesuatu yang lembut, halus dan gemulai. Perasaan ini
terjadi karena ingatan kita mengasosiasikannya dengan bentuk-bentuk yang
dominan dengan bentuk lengkung seperti penari atau gerak ombak di laut.
Beberapa jenis garis beserta suasana yang ditimbulkannya seperti, garis lurus
mengesankan kekuatan, arah dan perlawanan. Garis lengkung mengesankan
keanggunan, gerakan, pertumbuhan. Berikut kami saijkan beberapa jenis garis
beserta asosiasi yang ditimbulkannya :
- Horizontal : Memberi
sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak.
- Vertikal :
Stabilitas, kekuatan atau kemegahan.
- Diagional : Tidak
stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.
- Lengkung S :
Grace, keanggunan.
- Zig-zag :
Bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat.
- Bending up right :
Sedih, lesu atau kedukaan.
- Diminishing Perspective : Adanya jarak, kejauhan, kerinduan dan sebagainya.
- Concentric Arcs :
Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan dsb.
- Pyramide :
Stabil, megah, kuat atau kekuatan yang masif.
- Conflicting Diagonal : Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan.
- Spiral :
Kelahiran atau generative forces.
- Rhytmic horizontals :
Malas, ketenangan yang menyenangkan.
- Upward Swirls :
Semangat menyala, berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh.
- Upward Spray :
Pertumbuhan, spontanitas, idealisme.
- Inverted Perspective : Keluasan tak terbatas, kebebasan mutlak, pelebaran tak
terhalang.
- Water Fall :
Air terjun, penurunan yang berirama, gaya berat.
- Rounded Archs :
Lengkung bulat mengesankan kekokohan.
- Rhytmic Curves :
Lemah gemulai, keriangan.
- Gothic Archs :
Kepercayaan dan religius.
- Radiation Lines :
Pemusatan, peletupan atau letusan.
Lebih jauh lagi, garis sesuai
fungsinya yang khas, yang mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian
khusus, sangat menunjang penggunaannya sebagai elemen symbol. Penggunaan garis
sebegai elemen symbol, pertama kali diperkenalkan oleh Otto Neurath (1882 –
1945) seorang pengajar dan ilmuwan sosial, yang menamakan symbol tersebut
sebagai Isotype. Kemudian bahasa Isotype ini berkembang dan menjadi salah satu
bahasa gambar yang mampu mewakili berbagai bentuk komunikasi. Dalam
perkembangan selanjutnya bentuk-bentuk simbol ini banyak dipergunakan dalam
perancangan logo dalam upayanya agar mudah diingat dan mempunyai daya
komunikasi yang baik.
BENTUK
Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika adalah macam rupa atau wujud
sesuatu, seperti bundar elips, bulat segi empat dan lain sebagainya. Dari
definisi tersebut dapat diuraikan bahwa bentuk merupakan wujud rupa sesuatu,
biasa berupa segi empat, segi tiga, bundar, elip dsb. Pada proses perancangan
logo, bentuk menempati posisi yang tidak kalah penting dibanding elemen-elemen
lainnya, mengingat bentuk-bentuk geometris biasa merupakan simbol yang membawa
nilai emosional tertentu. Hal tersebut biasa dipahami, karena pada bentuk atau
rupa mempunyai muatan kesan yang kasat mata. Seperti yang diungkapkan Plato,
bahwa rupa atau bentuk merupakan bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh
perbedaan-perbedaan seperti terdapat dalam bahasa kata-kata. Namun teori Plato
tersebut tidaklah mesti berlaku semestinya. Ada aspek lain yang mengakibatkan
bahasa bentuk tidak selalu efektif. Seperti penerapan bentuk-bentuk
internasional dengan target sasaran tradisional atau sebaliknya. Dengan kata
lain, bila target sasaran tidak terbiasa dengan bahasa kasat mata tradisional,
pergunakan bahasa kasat mata internasional demikian pula sebaliknya.
Sebagai contoh adalah bila kita merancang logo armada angkatan bersenjata
republik Tanzania misalnya, kurang lazim bila kita memilih bentuk keris atau
mandau sebagai elemen penunjang dalam logo tersebut, karena bentuk keris dan
mandau kurang atau bahkan tidak dikenal oleh rakyat Tanzania.
Dari contoh diatas, kemudian muncul
teori tentang frame of reference (kerangka referensi) dan field of reference
(lapangan pengalaman) yang menjelaskan bahwa penerimaaan suatu bentuk pesan,
dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni panca indra, pikiran serta ingatan. Jadi
seperti contoh masalah diatas, bentuk logo tersebut akan lebih efektif dan
komunikatif bila ditujukan pada angkatan bersenjata Republik Indonesia, dan
tidak dengan Republik Dominika karena mereka tidak memiliki frame of reference
dan field of reference tentang keris atau mandau dalam ingatan mereka.
Berikut kami sajikan beberapa contoh
bentuk dan asosiasi yang ditimbulkannya berdasarkan buku Handbook of Design
& Devices tulisan Clarence P. Hornung.
- Segitiga,
merupakan lambang dari konsep Trinitas. Sebuah konsep religius yang
mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam.
Selain itu segitiga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah,
ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambing dari raga,
pikran dan jiwa. Sedangkan pada kebudayaan Mesir, segitiga digunakan
sebagai simbol feminitas dan dalam huruf Hieroglyps segitiga menggambarkan
bulan.
- Yin Yang,
merupakan bentuk yang termasuk dalam jenis Monad, yakni bentuk yang
terdiri dari figure geometris bulat yang terbagi oleh dua bentuk
bersinggungan dengan masing-masing titik pusat yang berhadapan. Di China
bentuk seperti ini disebut Yin Yang, di Jeapng disebut Futatsu Tomoe
sedangkan orang Korea menyebutnya Tah Gook. Yin Yang merupakan gambaran
dua prinsip alam, Yang melambangkan kecerahan Yin melambangkan
kegelapan, Yang melambangkan nirwana Yin melambangkan dunia, Yang sebagai
matahari Yin sebagai bulan, Yang memiliki posisi aktif, maskulin Yin
pasif, feminin. Kesemuanya itu melambangkan prinsip dasar kehidupan, yakni
keseimbangan.
WARNA
Pemahaman tentang warna dibagi dalam dua bagian berdasarkan sifat warna antara
lain sebagai berikut :
- Warna menurut ilmu Fisika.
Adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang gelombang yang
dipantulkan benda tersebut. Benda yang memantulkan semua panjang gelombang
terlihat putih, benda yang sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam.
Dispersi terjadi apabila sinar matahari melalui prisma kaca yang berbentuk
spektrum dan kecepatan menjalarnya tergantung pada panjang gelombangnya.
Warna utama dari cahaya atau spektrum adalah biru, kuning dan merah dengan
kombinasi-kombinasi yang dapat membentuk segala warna.
- Warna menurut ilmu Bahan.
Adalah sembarang zat tertentu yang memberikan warna. Pigmen memberikan
warna pada tumbuh-tumbuhan, hewan, juga pada cat, plastik dan barang
produksi lainnya kecuali pada tekstil yang menggunakan istilah zat celup untuk
mewarnainya. Suatu pigmen berwarna khas karena menghisap beberapa panjang
gelombang sinar dan memantulkan yang lain. Pigmen banyak digunakan dalam
industri, misalnya plastik, tinta karet dan lenolum.
Sebagai bagian dari elemen logo,
warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat
kesan atau tujuan dari logo tersebut. Dalam perencanaan corporate identity,
warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan
oleh Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk
mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut. Sebagai contoh adalah
penggunaan warna merah pada segitiga pengaman, warna-warna yang digunakan untuk
traffic light merah untuk berhenti, kuning untuk bersiap-siap dan hijau untuk
jalan. Dari contoh tersebut ternyata pengaruh warna mampu memberikan impresi
yang cepat dan kuat.
Kemampuan warna menciptakan impresi,
mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J.
Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna sbb: Warna-warna itu bukanlah suatu
gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang
peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita
akan bermacam-macam benda.
Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan
bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi
perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka
tidaknya seseorang pada suatu benda. Berikut kami sajikan potensi karakter
warna yang mampu memberikan kesan pada seseorang sbb :
Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambang
untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi).
- Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan
cahaya, kesulitan dsb.
- Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan
tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik.
- Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas),
dominan (berkuasa), aktif dan vital (hidup).
- Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam,
merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan
mengesankan sesuatu.
- Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya
sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu
memiliki sifat tantangan.
- Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras,
membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru.
Dari sekian banyak warna, dapat
dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang
System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi :
- Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb.
- Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang
gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.
- Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah
dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.
Selain Prang System terdapat
beberapa sistem warna lain yakni, CMYK atau Process Color System, Munsell Color
System, Ostwald Color System, Schopenhauer/Goethe Weighted Color System,
Substractive Color System serta Additive Color/RGB Color System.
Diantara bermacam sistem warna
diatas, kini yang banyak dipergunakan dalam industri media visual cetak adalah
CMYK atau Process Color System yang membagi warna dasarnya menjadi Cyan,
Magenta, Yellow dan Black. Sedangkan RGB Color System dipergunakan dalam
industri media visual elektronika.
TIPOGRAFI
Pengertian tipografi menurut buku Manuale Typographicum adalah :
Typography can defined a art of
selected right type printing in accordance with specific purpose ; of so
arranging the letter, distributing the space and controlling the type as to aid
maximum the reader’s.
Dari pengertian diatas, memberikan
penjelasan bahwa tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan
pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan
kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan
membaca semaksimal mungkin.
Sebagai bagian dari kebudayaan
manusia, huruf tak pernah lepas dari kehidupan keseharian. Hampir setiap bangsa
di dunia menggunakannya sebagai sarana komunikasi. Sejarah perkembangan
tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain
dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang
jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglyphe pada sekitar abad
1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai
ditulis dengan menggunakan pena khusus. Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang
sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh Eropa.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad ke-8 SM di Roma
saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak
memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang
merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk
huruf-huruf Romawi. Perkembangan tipgrafi saat ini mengalami perkembangan dari
fase penciptaan dengan tangan (hand drawn) hingga mengalami komputerisasi. Fase
komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu
yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.
Berikut kami sajikan beberapa jenis
huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain sbb
:
- Roman
Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip
pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras
pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun,
lemah gemulai dan feminin.
- Egyptian
Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk
persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan
yang ditimbulakn adalah kokh, kuat, kekar dan stabil.
- Sans Serif
Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak
memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama
atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah
modern, kontemporer dan efisien.
- Script
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas
atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya
adalah sifast pribadi dan akrab.
- Miscellaneous
Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang
dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
Dalam pemilihan jenis huruf, yang
senantiasa harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan
juga karakter segmen pasarnya. Seperti misalnya pada produk minyak wangi untuk
wanita jarang yang menggunakan jenis huruf Egyptian karena berkesan kuat dan
keras dan biasanya mempergunakan jenis huruf Roman yang bernuansa klasik dan
lembut sehingga cocok dengan karakter minyak wangi dan wanita.